Kuliner Kota Padang, Sumbar


Tempat yang pertama sekali ku kunjungi di luar Sumatera Utara adalah Padang, Sumatera Barat. Semuanya serba pertama sekali, mulai dari memperoleh pekerjaan, naik pesawat, bepergian seorang diri, mengenal dunia kerja dan mengenal lebih banyak karakter. Bukan hanya itu saja, Padang memiliki banyak keistimewaan dan hal – hal menarik lainnya yang tidak kujumpai di kota Medan (selama aku tinggal di Medan tentunya). Tidak heran jika kota ini sangat berkesan. Tapi kali ini yang ingin saya bicarakan yaitu Kuliner Kota Padang.

Ada satu pengalaman yang membuatku geli saat mengingat kota Padang. Ceritanya seminggu setelah kehadiranku di Kota ini, pertama sekalinya membeli nasi Ampera sendiri dan untungnya ada didekat kos. Si mbak nanya “Apo sambalnyo?” Lantas sambil melihat menu yang ada, kujawab “Cabe merah mbak”, si mba balik nanya, “Sambalnyo?” lagi kujawab, “Pake sambal merah mbak”. “Ini atau yang ini?”, si mbak menunjuk ayam sambal dengan ikan sambal. Sedikit bingung juga, lah beli nasi yang ditanya pertama sekali kok sambal bukannya malah lauknya. Barulah saya ngeh dengan maksud si mbak ketika teman satu kantor cerita kejadian yang kualami dialami dia juga. Dari sanalah saya tahu kalau maksudnya adalah “Apa lauknya?” Oalah…

Di kota Padang, kamu akan menemui banyak warung nasi Ampera. Sebutan nasi Ampera untuk nasi Padang dengan berbagai macam lauk yang bebas dipilih seperti; rendang, gulai, semur dan lain – lain. Nasi Ampera terbilang murah dengan kisaran harga Rp.13.000,- atau lebih sedikit. Dulu saat jam istirahat, aku dan teman sekantor membeli nasi Ampera untuk dibungkus dan dimakan di kantor. Kalau dibungkus porsinya akan dua kali lipat dari makan di piring. Dijamin kenyanglah… Hampir sama sih dengan nasi bungkus di Medan, hanya saja di Medan biasa disebut nasi bungkus saja dan harganya hanya Rp.7.000,-.

Sekedar berbagi pengalaman lainnya, berhubung saat bekerja disana seringnya pulang malam, biasanya untuk buang suntuk orang kantor Kopmil bareng. Kopmil atau plesetan dari Kopi Milo menjadi tongkrongan di malam hari. Kalau Medan dengan TSTnya (Teh Susu Telur) maka Padang dengan Kopmilnya. Kamu dapat mencoba yang berada di kawasan Pecinan, Pondok dekat dengan Klenteng. Tempatnya memang sederhana dan tidak se-wah gambaran dibenakku sebelumnya tapi Kopmil sudah seperti lifesyle terutama di kalangan muda-mudinya dan sering dijadikan ajang kumpul – kumpul.

Tempat lainnya, masih di kawasan Pecinan, Pondok, ada beberapa yang menyajikan es durian yang sangat nikmat, salah satunya Es Durian Ganti Nan Lamo (artinya: Es Durian Ganti yang Lama) . Kamu dapat menikmati berbagai sajian olahan durian seperti Es durian saja dan es durian dengan berbagai campuran seperti cincau, delima dan masih banyak lagi. Rasanya? Wondeh mandeh muantapp…. Harganya mulai dari belasan. Untuk info lebih lanjut bisa dilihat http://rinaldimunir.wordpress.com/2012/12/22/es-durian-pondok-padang-yang-yummy/. Setiap kali kami mengunjunginya, tempat ini selalu dipenuhi banyak orang. Wilayah Pecinan, Pondok memang terkenal sebagai kawasan kuliner di Kota Padang. Bagi para pecinta kuliner, jangan lupa memasukkan kota ini dalam list kunjunganmu. Karena ada banyak jenis makanan yang patut kamu coba.

Es Durian

IMG-20130808-00072

Hal menarik lainnya, aku sempat dikejutkan dengan banyaknya durian berderet di sepanjang jalan By Pass dan di jalan Sisingamangaraja. Sedikit berbeda dengan Medan, disini durian bisa dinikmati dengan menambahkan pulut merah atau pulut biasa. Rasanya? Hmm…

Makan Durian

Ini dia duriannya..

Lagi, kawasan kuliner yaitu Purus atau lebih dikenal dengan Taplau (Tapi Lauik/ Tepi Laut) banyak tempat makan berjejer disepanjang pinggir pantai. Kebanyakan dari mereka menyajikan masakan seafood segar. Oh ya, di sini juga telur kura – kura dan penyu diperjual –belikan . Saat keliling – keliling di sore hari, di dorong rasa penasaran saya menanyakan kepada pedagang telur apa yang dibungkus dengan plastik putih itu. Beliau bilang telur kura – kura dalam bahasa Minangnya Talua Katuang. Konon katanya sebagai obat kuat. Tapi tetap saja menyedihkan… Mengingat jumlah hewan ini makin berkurang namun, kesadaran warga disekitar malah tidak ada 😥

Talua penyu/ Telur Penyu

Dan terakhir, jangan lupa singgah di Jembatan Siti Nurbaya masih dikawasan Purus. Di pagi dan siang hari jembatan ini masih lengang tapi berbeda di sore dan malam hari. Tenda – tenda kecil akan memenuhi jembatan, ya para pedagang jagung bakar dan berbagai macam jajanan lainnyalah yang memenuhinya. Mengingatkanku pada jembatan di dekat kampusku dulu, UNIMED :D. Jadi saran saya datang di malam hari saja, karena lampu – lampu yang menerangi jembatan ditambah dengan kokohnya bangunan tersebut akan membuatmu takjub. Dari atas jembatan kamu juga bisa melihat kapal – kapal yang berlabuh dengan cahaya – cahaya lampu yang menambah kesan romantis. Sedikit bergeser ke bawah jembatan, kamu bisa semakin dekat dengan kapal – kapal yang berlabuh…

Jembatan Siti Nurbaya

Kamu mungkin bertanya kenapa diberi nama Jembatan Siti Nurbaya. Kurang tau pasti atau tidaknya tapi nama ini diambil dari karakter Siti Nurbaya pada karya sastra karangan Marah Rusli. Dan di bukit dekat jembatan ini, jika kamu tidak keberatan kelelahan menaiki anak tangga, kamu akan menemui Makam Siti Nurbaya. Sampai saat ini aku belum bisa memutuskan apakah itu fiksi atau fakta. Menurutmu?http://travel.detik.com/read/2013/02/03/195333/2159956/1025/kisah-cinta-tragis-di-makam-siti-nurbaya

Makam Siti Nurbaya

6 tanggapan untuk “Kuliner Kota Padang, Sumbar

  1. salam kenal mba.

    udah melanglangbuana keliling padang nih ceritanya.
    sempat minum “kopmil” di pecinan juga gak?

    sekarang ada yang lebih menarik lagi neh, jalan-jalan, hunting kuliner sekalian belajar bikinnya. ditunggu kunjungannya di

Tinggalkan komentar